Materi PAI SMK Kls X Tentang Menuntut Ilmu dan Indahnya Berbagi
Nikmatnya Menuntut Ilmu dan
Indahnya Berbagi Pengetahuan
A. Memahami Makna Menuntut Ilmu dan
Keutamaannya
Agama Islam memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah
hal yang sangat penting. Orang-orang yang memiliki pengetahuan Allah Swt.
janjikan dengan derajatyang tinggi di sisi-Nya, apalagi di sisi manusia
lainnya. Demikian pula Rasulullah saw. yang menganjurkan setiap umat Islam agar
menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Q.S. at-Taubah/9:122 berisi perintah jihad itu tidak
hanya dipahami dengan mengangkat senjata, tetapi memperdalam ilmu pengetahuan
dan menyebarluaskannya juga termasuk kedalam jihad. Fungsi ilmu adalah untuk
mencerdaskan umat. Tidak dibenarkan menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk
mengejar pangkat dan kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk
menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri.
Pentingnya memperdalam ilmu pengetahuan, mengamalkannya dengan baik, dan
menyebarluaskannya.
Menuntut ilmu atau belajar adalah kewajiban setiap
orang Islam. Bahkan wahyu pertama yang diterima Nabi saw. adalah perintah untuk
membaca atau belajar. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tu-hanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5)
1.
Hukum Menuntut Ilmu
Istilah ilmu mencakup seluruh pengetahuan yang tidak
diketahui manusia, baik yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat. Ilmu yang
bermanfaat, maka wajib dituntut dan dipelajari. Hukum menuntut ilmu-ilmu wajib
itu terbagi atas dua bagian, yaitu fardu kifayah dan fardu ‘ain.
1.
Fardu ‘Ain. Hukum mencari ilmu menjadi far«u ‘ain
jika ilmu itu tidak boleh ditinggalkan oleh setiap muslim dan muslimah dalam
segala situasi dan kondisi, seperti ilmu mengenal Allah Swt. dengan segala
sifat-Nya, ilmu tentang tatacara beribadah, dan sebagainya.
2.
Fardu Kifayah. Hukum menuntut ilmu fardu kifayah
berlaku untuk ilmu-ilmu yang harus ada di kalangan umat Islam sebagaimana juga
dimiliki dan dikuasai golongan kafir, seperti ilmu kedokteran, perindustrian,
ilmu falaq, ilmu eksakta, serta ilmu-ilmu lainnya.
3. Haram, dimana hukumnya
terlarang untuk dicari dan dipelajari, karena akan membawa pelakunya kepada
kesesatan, kemaksiatan, bahkan kesyirikan kepada Allah Jalla wa ‘Ala.
Diantara ilmu yang termasuk dalam hukum ini adalah ilmu sihir. Sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla.
2.
Orang yang Menuntut Ilmu
1.
Diberikan derajat yang tinggi di sisi
Allah Swt. “Dan Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadillah/58:11)
2.
Diberikan pahala yang besar di hari
kiamat nanti Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda, “Penuntut ilmu
adalah penuntut rahmat, dan penuntut ilmu adalah pilar Islam dan akan diberikan
pahalanya bersama para nabi.” (H.R. ad-Dailami)
3.
Merupakan sedekah yangg paling utama
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah yang paling utama
adalah jika seorang muslim mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada
saudaranya sesama muslim.” (H.R. Ibnu Majah)
4.
Lebih utama dari pada seorang ahli
ibadah Dari Ali bin Abi Talib ra. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang alim yang
dapat mengambil manfaat dari ilmunya, lebih baik dari seribu orang ahli
ibadah.” (H.R. ad-Dailami)
5.
Lebih utama dari śalat seribu raka’at
Dari Abu Zarr, Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Aba Zarr, kamu pergi
mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu dari pada śalat (sunnah)
seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik
dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada śalat seribu rakaat.” (H.R.
Ibnu Majah)
6.
Diberikan pahala seperti pahala orang
yang sedang berjihad di jalan Allah. Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw.
bersabda, “Bepergian ketika pagi dan sore guna menuntut ilmu adalah lebih utama
daripada berjihad fi sabilillah.” (H.R. ad-Dailami)
7.
Dinaungi oleh malaikat pembawa rahmat
dan dimudahkan menuju surga. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda,
“Tidaklah sekumpulan orang yang berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah
(masjid) Allah ‘Azza wa Jalla, mereka mempelajari kitab Allah dan mengkaji di
antara mereka, melainkan malaikat mengelilingi dan menyelubungi mereka dengan
rahmat, dan Allah menyebut mereka di antara orang-orang yang ada di sisi-Nya.
Dan tidaklah seorang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu melainkan Allah
memudahkan jalan baginya menuju surga.” (H.R. Muslim dan Ahmad)
B. Ayat-Ayat Al-Qur’an
tentang Ilmu Pengetahuan
Q.S.
at-Taubah/9:122
a. Lafal Ayat dan
Artinya
وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن
كُلِّ فِرْقَةٍ مِنهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا
قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
b.
Hukum Tajwid
Surat
at-Tabah/9:122 |
|
Lafal |
Hukum
Tajwid |
وَمَا |
mad thobi'i karena ada fathah diikuti
alif |
كَانَ |
mad thobi'i karena ada fathah diikuti
alif |
الْمُؤْمِنُونَ |
idhar qomariyah karena ada alif lam
diikuti mim, dan mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun |
لِيَنْفِرُوا |
ikfa' haqiqi karena ada nun sukun
bertemu huruf fa' |
كَافَّةً |
mad lazim mustaqqal kilmi karena ada
mad thobi'i bertemu huruf yang bertanda baca tasydid dalam satu kata |
فَلَوْ |
mad layyin karena ada wawu sukun yang
didahului huruf dengan tanda baca fathah |
لَا |
mad thobi'i karena ada fathah diikuti
alif |
مِنْ كُلِّ |
ikfa' haqiqi karena ada nun sukun
bertemu huruf kaf |
فِرْقَةٍ مِنْهُمْ |
idghom bighunnah karena ada tanwin
bertemu huruf mim, dan idhar halqi karena ada nun sukun bertemu huruf ha' |
مِنْهُمْ طَائِفَةٌ |
idhar syafawi karena ada mim sukun
bertemu huruf tho' |
طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا |
idghom bila ghunnah karena ada tanwin
bertemu huruf lam |
فِي |
mad thobi'i karena ada ya' sukun
didahului kasro |
الدِّينِ |
idhom syamsyiyah karena ada alif lam
diikuti dal |
وَلِيُنْذِرُوا |
ihfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu
dzal |
قَوْمَهُمْ |
mad layyin karena ada wawu sukun
didahului fathah |
قَوْمَهُمْ إِذَا |
idhar syafawi karena ada mim sukun
bertemu alif |
إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ |
idhar syafawi karena ada mim sukun
bertemu lam |
لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ |
idhar syafawi karena ada mim sukun
bertemu ya' |
يَحْذَرُونَ |
mad arid lis sukun karena ada mad
thobi'i sebelom waqof |
Artinya:
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin
itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di
antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya.”
c. Kandungan Ayat
Dalam
ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin berangkat
ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum
muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian
berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan
mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan
secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan
bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Ayat
ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk mencerdaskan umat,
maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orangorang Islam yang menuntut ilmu
pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan kedudukan atau keuntungan
pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan dan
kesombongan diri terhadap golongan yang belum menerima pengetahuan
C. Hadist tentang Mencari Ilmu dan Keutamaannya
1. Hadits tentang salah satu Fungsi ilmu
Artinya
:
’Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan
ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan
ilmu.” (HR. Thabrani)
2. Hadits tentang hukum menuntut ilmu
رِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ
مُسْلِمَةٍ طَلَبُ اْلعِلْمِ فَ
Artinya :
Mencari ilmu itu
hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
3. Kewajiban
mencari ilmu itu tidak memandang batasan usia, melainkan seumur hidup. Sabda
Nabi SAW
Artinya :
“Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai
masuk ke liang lahat”(HR. Muslim)
4. Menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah, karena
ilmu itu harus dicari di mana saja, sekalipun sangat jauh tempatnya dan banyak rintangannya, seperti sabda Nabi SAW :
Artinya ,
“Carilah ilmu itu walau di negeri
Cina”.(HR. Abdul Bar)
5. Etika menuntut ilmu
Artinya :
”Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu
semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang
mengajarkanmu.” (HR Tabrani)
D. Menerapkan Perilaku
Mulia
Perilaku yang mencerminkan sikap memahami Q.S.
at-Taubah/9:122, di antaranya tergambar dalam aktivitas-aktivitas sebagai
berikut.
1.
Jadilah orang yang berilmu (pandai),
sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan ilmu yang
dimilikinya kepada orangorang yang ada disekitarnya. Dan dengan demikian
kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi
masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.
2.
Jika tidak bisa menjadi orang pandai
yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia, jadilah sebagai orang yang mau
belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang-orang pandai.
3.
Jika tidak bisa menjadi orang yang
belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan ilmu pengetahuan.
Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahun kita bisa mengambil
hikmah dari apa yang kita dengar.
4.
Jika menjadi pendengar juga masih tidak
bisa, maka jadilah sebagai orang yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya
dengan cara membantu dan memuliakan orang-orang yang berilmu, memfasilitasi
aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan
lain-lain.
5.
Janganlah menjadi orang yang kelima,
yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau mendengar, dan tidak
menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini akan menjadi orang
yang celaka
Post a Comment