Header Ads

test

Materi SMK/SMA Kls XI PAI Tentang SHALAT JENAZAH

Penyelenggaraan jenazah


 

A.    Memandikan Jenazah

Hukum memandikan jenazah orang muslim adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW.

 

Hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:

Artinya : “Ketika seseorang tengah melakukan wukuf di Arofah, tiba-tiba dia terjatuh dari hewan tunggangannya dan patah lehernya sehingga meninggal. Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata: “Mandikanlah ia dengan air campur sidr (bidara)…” (HR Bukhori)

 

Hadits Ummu ‘Athiyah rodhiyallohu ‘anha:

Artinya : “Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memasuki tempat kami, sedangkan kami tengah memandikan  jenazah anak beliau (yaitu Zainab). Maka beliau bersabda: “Mandikanlah dia dengan tiga atau lima atau lebih jika hal itu diperlukan…” (HR. Bukhori dan Muslim).

 

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memandikan jenazah yaitu:

1)      Orang yang utama memandikan jenazah

a.    Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.

b.    Untuk mayat perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

c.    Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan 

boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

d.   Jika seseorang perempuan meninggal dunia

sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak memiliki suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja  dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak di mandikan tetapi  cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. [3] hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yaitu:

 

Artinya : “jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal ditempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu di tayamumkan, lalu di kuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” { H.R Abu Daud dan Baihaqi }.

2)      Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

a.    Muslim, berakal dan baligh

b.    Berniat memandikan jenazah

c.     Jujur dan sholeh

d.    Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya

      sebagaimana  yang diajarkan sunnah  serta mampu menutupi aib si mayat.

 

3)      Mayat yang wajib untuk dimandikan

  a.    Mayat seorang muslim dan bukan kafir

  b.   Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak

      di mandikan

  c.    Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat di mandikan

  d.   Bukan mayat yang mati syahid

 

4)   Tata cara memandikan jenazah

Berikut beberapa cara memandikan jenazah orang muslim, yaitu:

a.  Di utamakan dengan niat

~Lafaz niat untuk memandikan jenazah laki-laki.

 

نَوَيْتُ الْغُسْلَ اَدَاءً عَنْ هذَاالْمَيِّتِ ِللهِ تَعَالَى

Artinya:
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala

 

~lafaz niat untuk jenazah perempuan

 

نَوَيْتُ الْغُسْلَ اَدَاءً عَنْ هذِهِ الْمَيِّتَةِ ِللهِ تَعَالَى

Artinya:
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah Ta'ala.

 

b.   Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu

    yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

a)   Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.

b)   Air secukupnya.

c)   Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.

d)  Sarung tangan untuk memandikan.

e)   Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.

f)    Kain basahan, handuk, dll.

c.   Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya

     tidak kelihatan.

d.   Memandikan Jenazah

e.       Pakailah sarung tangan dan bersikan jenazah dari segala kotoran.

f.       Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan

       perutnya perlahan-lahan.

g.      Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.

h.      Masukkan jari tangan yang telah di balut dengan kain basah ke mulut jenazah,

      gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian wudhukan.

i.        Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian sebelah kiri tubuh jenazah.

j.        Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir di campur

      dengan wangi-wangian.

k.      Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota

       tubuhnya.

l.        Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah

      yang wajib. Di sunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.

m.    Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,

      wajib di buang atau dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kain  kafan

      tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.

n.     Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur

      kebelakang, setelah di siram dan di bersihkan lalu di keringkan dengan handuk dan

     di kepang.

o.     Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak

      membasahi kain kafannya.

p.     Selesai mandi, sebelum di kafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung

      alkohol.

 

 

B.     Mengkafani jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutup atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadis diriwayatkan sebagai berikut:

 

Artinya: “kami hijrah bersama rasulullah SAW dengan mengharap keridhaan allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari allah, karena diantaranya kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, mash’ab bin umair dia tewas terbunuh diperang uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka terbukalah kepalanya. Maka nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput pada kedua kakinya.”{H.R Bukhari}

 

1.    Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

a)    Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi

     seluruh tubuh mayat.

b)   Kain kafan hendaknya berwarna putih.

c)    Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan untuk mayat

     perempuan 5 lapis.

d)   Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain

     kafan hendaknya di beri wangi-wangian terlebih dahulu.

e)    Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

 

2.    Tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:

a.    Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas

     serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b.   Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan

     memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

c.   Tutup lah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul, dan dubur) yang mungkin

     masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d.   Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar

     sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara

     yang lembut.

e.    Ikatlah dengan tali yang sudah disiaplkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau

     lima ikatan.

f.     Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah

     bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,

     rumput atau kertas.

 

C.    Mensholatkan Jenazah

1.    Shalatkanlah jenazah dengan syarat-syarat shalat seperti berwudhu, menutup aurat, suci

     dari hadast besar/kecil, suci badan, pakaian dan tempat dan harus menghadap kiblat.

a.    Waktu-waktu yang dilarang shalat jenazah adalah :

·  Waktu terbit matahari (kecuali matahari sudah naik)

·  Waktu pas tengah hari (kecuali matahari sudah tergelincir)

·  Waktu akan terbenam (kecuali sesudah terbenam)

b.    Tidak ada yang dibaca sebelum shalat jenazah

c.    Kalau jenazah pria, hendaklah imam berdiri dekat kepalanya. Kalau jenazah wanita,

     hendaklah imam berdiri dekat lambung/perutnya (ditengah-tengah jenazah)

d.   Usahakan menshalatkannya dalam 3 shaf,  walaupun orangnya sedikit.

e.    Shalat jenazah terdiridari 4 takbir, tanpa ruku’ dan sujud.

f.     Setiap takbir mengangkat kedua tangan.

 

2.    Rukun sholat Jenazah

a.    Niat

b.    Berdiri bagi yang mampu

c.    Empat kali takbir

d.   Mengangkat tangan saat takbir pertama

e.    Membaca surah Al fatihah

f.     Membaca sholawat nabi

g.    Berdo’a untuk jenazah

h.    Salam

 

1)      Takbir Pertama

  Sesudah takbir pertama dengan membaca maka dibaca al Fatihah.

2)      Takbir Kedua

Sesudah takbir kedua dengan membaca  maka dibaca sholawat:

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 

Artinya: Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

 

3).  Takbir Ketiga

     Sesudah takbir  ketiga dengan membaca maka dibaca do’a :

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah dia. Luaskanlah kuburnya dan mandikanlah ia dengan air, salju dan embun. Sucikan ia dari seluruh kesalahan seperti dibersihkannya kain putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Lalu masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari cobaan kubur dan azab neraka.

 

4)   Takbir Keempat

     Sesudah takbir keempat dengan membaca maka dibaca do’a :

 

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَ اغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

Artinya: Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

 

Mengucapkan salam (seperti salamshalat biasa) dengan membaca :

 

السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ

Artinya : "Keselamatan, Rahmat dan Berkat Allah SWT. Semoga tetap pada kamu

                  sekalian".

D.     Mengubukan Jenazah

       1.      Sesudah dishalatkan, bawalah jenazah itu kekuburan dengan cepat-cepat(segera).

2.      Iringkanlah dengan berjalan sekelilingnya dan diam (tidak berbicara)

3.      Jangan ada wanita yang mengiringi jenazah.

4.      Dan bila melihat jenazah lewat, muslim atau yahudi, maka berdirilah sehingga dialewat

      atau diletakkan.

5.      Kuburkanlah jenazah dalam lubang (kubur) yang baik dan dalam.

6.      Buatlah galian lahat.

7.      Masukkan jenazah dari arah kaki kubur.

8.      Ketika meletakkan jenazah dalam kubur bacalah :

 

بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ.

Artinya: “Dengan nama Allah dan di atas petunjuk Rasulullah”

 

9.      Yang turun kedalam kubur adalah orang  yang tidak junub tadi malam.

10.  Tutuplah dengan kain diatas kubur mayat wanita, sedangkan laki-laki tidak.

11.  Letakkanlah mayat itu menghadap kiblat.

12.  Kubur tidak boleh ditinggikan lebih dari sejengkal.

13.  Dilaran gmembuat tembok diatas kuburan.

14.  Boleh membuat tanda diatas kuburan.

15.  Taburilah kubur den gan tanah dari arah kepala, bukan dengan bunga atau air.

16.  Larangan yang berhubungan dengan kuburan :

·  Duduk sebelum jenazah diletakkan di dalam kubur (harus berdiri terus)

· Duduk diatas kuburan

·  Berjalan diantara kuburan dengan memakai alas kaki

·  Meninggikan kuburan lebih dari sejengkal

·  Menembok (membeton) kuburan

·  Menjadikan kuburan sebagai bangunan masjid, dll.

·  Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan seperti nama keluarga, dll.

·  Semua yang menjurus kearah syirik, seperti berwasilah kepada orang yang telah mati, minta restu pada orang yang mati, dll.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.  Simpul

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

B.  Saran

Jika nanti kami presentasi sebaiknya setiap mahasiswa mempunyai file PPT kami, dan nanti bisa di print sendiri-sendiri sesuai keingnan. Jangan suruh yang presentasi yang mengcopy file untuk setiap mahasiswa, karna itu akan menghabiskan banyak uang dan membebankan kami sebagai mahasiswa yang harus menghemat, karna jauh dari orang tua.

 


Tidak ada komentar